Wisdom as Facing Differences

Januari 21, 2017

Wah 2017!!!

Udah 5 tahun ga kerasa, melalui tahun dimana kiamat diprediksi dan digambarin lengkap dengan film yang efeknya super dramatis, dan ditambah ramalan-ramalan ga tau apalah. Eh btw, kayanya kiamat bumi dan tema-tema bencana udah ga seru lagi buat trend film ya sekarang haha. Gatau ding.. Sekarang mah lagi seru-serunya isu sara, hoax, adu domba, politik dengan selubung dan intriknya, di negeri sendiri. Udah ga isu lagi, tapi emang realita

Pengen ketawa tapi sedih, seakan-akan perbedaan dimana-mana jadi terasa kaya sensitif banget. Hal wajar, sunatullah, yang bakal terjadi sampe dunia kiamat, yang betapa membingungkan, melelahkan tapi ga mungkin dihindari.

Kalau orang Islam, kan udah ada dalilnya. Kalo ada perbedaan, kembali ke tuntunan utama muslim: Al Qur'an dan hadits. As easy as that. Tapi banyak yang lupa, karena umat muslim sekarang tantangannya besar men. Ghazwul fikr!!! Kebaikan dicampur kebatilan, kebatilan dibungkus kemasan baek baek, yang baek-baek difitnah, godaan dunia dimana mana, social pressure, social trend, materialisme dan sekulerisme.
Yang paling menyedot perhatian penulis dari taun kemarin, hingga berimbas sekarang yakni aksi  411 ama 212 yang dilakuin umat muslim, karena memang banyak pro kontra dari dalam umat muslimnya sendiri. Di awal-awal banget, penulis jujur, agak ragu ini aksi benar ga ya.. benar ga ya (tapi ga sampe skeptis). Penulis yang cuman remah remah MSG (bukan chiki lagi, karena MSG lebih mantapppbbb -paaaansih), ga banyak diskusi apalagi berkecimpung dengan analisis politik, aksi dsb ... mencoba memahami realita kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan sebenernya penulis ga pengen nulis macam beginian, menyingung politik. Singgung sana singgung sini. Tapi kaya beginilah Indonesia.

Tapi sebagai seorang yang, alhamdulillah, dianugerahi porsi positive thinking yang gede (gatau itu bisa disebut kelebihan apa kekurangan), akhirnya bisa memahami kenapa sih itu banyak ulama ulama, ustadz ustadz datang, orang-orang juga dengan entengnya dateng bejibun dari berbagai daerah. Apalagi ada seorang Aa Gym. Beliau bagi penulis benar-benar mencerminkan keademan seorang muslim dalam berpikir, bertutur kata dengan kearifan lokalnya. Serius... Mulai dah tuh kerasa ngeganjel. Ada juga Pak Din Syamsudin. Tambah tambah deh...

Dilanjut kemudian baca-baca berbagai berita yang kudu dari macam macam media, yang harus bener bener selektif, baca pendapat, opini orang, juga ga lupa kembali introspeksi keimanan diri sendiri. Di akhir nyatanya memang ini masalah iman, bagi muslim di Indonesia. Aksi tersebut jadi momentum rame-rame buat muslim meninjau kerpercayaan terhadap rukun iman yang ke-3 Islam itu. Dan nyatanya bagi penulis, iman ini masih kecil banget Ya Allah... Maafin aku Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim... 😭

Dilihat dari akar permasalahannya sendiri dari yang penulis tangkap, aksi tersebut, dilatarbelakangi oleh kasus pihak A yang dilaporkan pihak B, terkesan tidak ditanggapi serius oleh pihak berwenang. Kasus yang dilaporin: pihak A (dengan statusnya sebagai pemimpin daerah, terlepas dari etnis dan agamanya) dianggap melakukan penghinaan terhadap suatu ayat yang menjadi prinsip pihak B dalam memilih pemimpin. Kemudian kasus tersebut dilihat seperti tidak serius ditindaklanjuti pihak berwenang. Tidak seperti kasus-kasus lainnya, sehingga dianggap pihak B hal tersebut tidak adil.

Kenapa bisa sampe aksi segitu gedenya? Bagi saya wajar, karena:
  • Beliau pihak A, merupakan pemimpin suatu daerah (terlepas dari profilnya, ia harusnya sadar diikuti dan dicontoh oleh yang ia pimpin)
  • Daerah tersebut terlebih lagi merupakan daerah pusat negara (jadi spotlight otomatis berlebih ke pemimpin tersebut, ditambah media juga kumpulnya disitu, pihak A juga harusnya lebih sadar)
  • Ayat dari kitab suci yang menjadi tuntunan mendasar beragama pihak B, di salah pahami si pihak A sebagai alat politik (mulai adanya perbedaan prinsip)
  • Perbedaan tuntunan/prinsip antara pihak B dan A, tidak dipahami oleh pihak A sebagai suatu keberagaman yang perlu dihormati. Perilaku tidak menghormarti perbedaan oleh pihak A tercermin dengan menyinggung prinsip pihak B dengan ucapan yang merendahkan ayat dari kitab suci yang dipercayai pihak B
  • Entah itu dengan sengaja atau tidak, tapi penulis cenderung meyakini sebenarnya beliau kayanya lebih ga sengaja berucap, diperkuat banyak media yang mberitain kalo habitnya yang .. yeah we know... but why he doesn't have control or conciousness on that crucial matter in leadership??? communication man.. lidah lebih tajam dari belati. (lihat poin pertama) (we can see someone wisdom as he faces differences)
  • Pihak B tidak dilarang memperkarakan usaha perendahan oleh pihak A tersebut, karena pihak B merasa prinsipnya direndahkan oleh pihak A
  • Pihak B juga memiliki hak melakukan aksi, untuk menyampaikan keinginan, pendapat atau perasaan secara publik, yang ditujukan pemerintah buat segera memproses kasus tersebut dengan hukum yang berlaku di negara tersebut (kesempatan buat membuktikan keadilan pemerintah)
Terlepas dari bagaimana pihak berwenang memproses kasus pihak A tersebut, jadi pihak B yang kemudian melakukan demo? Wajar.. Ada aksi, ada reaksi. There was an insult, triggered then!

Banyak pro, banyak yang kontra. Atas nama toleransi, atau Allah yang suci dan maha besar yang ga perlu dibela, atau kemudian tafsir Al Qur'an yang bisa bermacem macem, ga pasti. Ada juga yang malah negatif ngeliat aksi ini sebagai bentuk anti bhineka tunggal ika. Kasian lagi, banyak muslim yang mengira aksi tersebut ga jelas. Padahal sebenarnya alasan aksi ini dan apa yang diminta dari aksi itu jelas.

Coba diterima, ini realitas, bahwa bangsa ini beragam, dan aksi itu sebenernya cuma konsekuensi atas keberagaman yang ga dihormati oleh beliau pihak A tadi. Sebab musabab kejadian dipahami dulu dengan berpikir dengan husnudzon, pelan-pelan.

Bagi penulis, aksi tersebut jadi momentum nangkep suatu big frame kehidupan manusia di dunia, bahwa fokus tiap orang itu beda. Ada pro, ada kontra, lumrah. Ada yang fokus berkarya, tidak mempedulikan isu tersebut, pokoknya berkarya saja untuk bangsa. Ada yang fokus dengan agendanya sendiri, no comment no attention, selama aksi itu ga berpengaruh atau melukai dirinya, karena ga terkait ama pihak B maupun pihak A.

Ada yang nangkep celah buat bikin keruh adu domba, via click-bait, sebar hoax, nambahin isu-isu etnislah (but that's different thing in other cases). Ada yang sama sekali tidak berkomentar karena takut salah memihak, takut akan pandangan sosial, atau dikira radikal, padahal peduli ama aksi ini sebenarnya berarti ia cukup aware dengan kondisi sekitar, not that self-centred person, karena aksi itu lumrah bro.

Ada juga golongan ga paham dan ga mau usaha buat paham, tapi udah ngejudge macem-macem, well mungkin dia pesimis dengan realita. Ada juga yang kasian, mereka golongan yang ga paham karena hal kaya beginian susah dipahami bagi dia, rakyat kecil dan rakyat daerah terpencil dimana sudah disusahkan buat ngisi perut keluarganya tiap hari. Ah jika mengingat mereka, bagaimana malah yang diatas itu masih pada tetep tega sih, menghalalkan segala cara buat kekuasaan, urusan perut dan gengsi. Rendah banget.

And finally, life still goes on... perbedaan bakal terus mengiringi, sampai kiamat, yang bakal muncul entah karena alam, atau diciptakan manusia sendiri, atau bahkan bencana alam akibat ciptaan manusia. Pilihan untuk berpihak dan bersikap ada di tangan kita sendiri sebagai manusia yang dikasi akal.

Simple aja, jangan pesimislah ama kehidupan bangsa negara kita sendiri, karena rupiah yang kita keluarin buat bayar lombok yang kita makan buat kepuasaan lidah, sampe bayar bahan bakar buat pergi pergi travelling ria, itu diatur ama mereka diatas. Jangan termakan provokasi dengan cepat, pahami informasi, pertanyakan lagi tujuan kehidupan ini. Keep husnudzon jauhi prasangka nak.

Buat muslim, yo coba deh kembali telaah, buat apa kita ada di dunia idup? Buat apa? Kan jawabannya udah jelas tuh, pake banget. Buat apa Allah nyiptain jin dan manusia, kalo bukan buat beribadah. Dunia sebenarnya permainan dan sendau gurau, dan segala pilihan bakal dipertanggungjawabkan sekecil apapun itu... Hahaha udahlah.. Huhu jadi ngeri sendiri, sedih banyak dosa 😭😭😭😭

bye - pyong!! thanks for reading

PS: diskusi dengan sopan sangat diperkenankan kawan

You Might Also Like

0 comments

Berkomentarlah, sebelum berkomentar itu dilarang

follow me on Instagram