RLL #2 Kopi, INFJ dan Berkendara

Desember 11, 2016

Kopi, INFJ, berkendara... ketiganya ga ada hubungan khusus kok, cuman ketiga hal ini menggambarkan kerandoman pikiran si penulis

as random as this basketball

Belajar meracik kopi

Bukan kopi sachetan, tapi kopi bubuk dari biji berkualitas yang dipadupadankan dengan susu uht, dan syrup. Ini bakal jadi bucket list keinginan tahun 2017 : skill meracik kopi.Walaupun katanya sih efek kopi tipuan, karena sebenernya kopi itu menyedot entah-apa-itu-mineral-atau-gizi dalam tubuh buat kepentingan mendesak. Tapi walaupun begitu ada sesuatu yang intangible dah ketika menghirup bau kopi :3 Haha... aku tak tahu

 Help Your Self First

"Pada akhirnya, kita sendiri yang akan menyelesaikan masalah kita sendiri " - hikmah nonton Misaeng, drama yang jauh dari keindahan, penuh realita dalam dunia kerja yang keras (2016). Sebelum membantu orang lain, yang layak, seseorang harus bisa membawa diri dengan baik. Membawa diri dengan baik berarti bisa mengatur dirinya sendiri, mengatur masalah yang ada di dirinya sendiri. Tapi benarkah harus? Haha.. aku tak tahu

Kalau dipikir-pikir.. bingung, kalau ga dipikirin.. jadi PR. Soalnya bantu membantu kan hal lumrah dalam berkehidupan sebagai warga negara dengan sila kedua kemanusiaan yang adil dan beradab. Juga sebagai hamba yang punya keimanan akan prinsip sebaik baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Di satu sisi setelah nulis kaya gitu:
Elaaah.. Bingungin banget.. bantu ya bantu bantu aja sih kalo mau bil.. kalo merasa ga mampu bantu, doain aja sih yang terbaekk.. susah amat. Bantu kan juga buat diri lo sendiri bil, biar hati lo bahagiaa.. ah ribet banget siih..

Masalah lain: terkadang suatu saat aku bingung ama diri sendiri kenapa bisa baik hati banget ama orang lain, hingga lupa dengan diri sendiri. Mungkin ini ada kaitannya dengan tipe INFJ? tipe-tipe konselor filsuf yang kadang keintrovertannya diragukan karena terkadang suatu hari terlihat ekstrovert? Haha.. aku juga tak tahu kenapa musti bingung

Berkendara

Mengapa ketika melakukan perjalanan, kita mulai merenung mengenai hidup? Haha tergantung perjalanannya kali ya... Lah ya kali mikirin hidup sambil naik motor di jalan pantura yang gelombangnya maut. Mencoba mencari analoginya... Gerak kita yang maju, meninggalkan apa-apa di kanan kiri kita itulah yang seperti kehidupan, dimana kita meninggalkan berbagai hal, untuk tetap terus berjalan menuju masa depan setiap waktu.

Sebagai seorang commuter mingguan, bolak balik daerah urban ke daerah pedesaan yang sekarang jadi small-urban, ada berbagai hal menarik di jalanan yah yang membuat perjalanan itu menjadi semakin menarik.. haha

Apalagi dengan berkendara rata-rata dengan kecepatan 70-90an.. Beuh, kanan kiri sset sset.. kebut terus.. lupa dah yang di belakang, haha gajadi ngerenungin idup, filsuf-mode gagal

You Might Also Like

0 comments

Berkomentarlah, sebelum berkomentar itu dilarang

follow me on Instagram