#daily life

Memori Masa SMA: A Thing Called Physic

Agustus 20, 2013







Hi man! Bila is back.. haha. Bila's here again, after long time. Kembali membuat cerita dan tulisan, dan sedikit bermain dengan sisi yang disebut 'penulis', 'blogger', 'hobi', 'waktu luang', apapun itu, untuk melakukan yang terbaik :D Ide postingan ini, aku dapat ketika aku kembali libur kuliah Semester 2,dan berhadapan dengan tumpukan buku tulis SMA. And I did told my self “Here we go!”, mari kita sedikit mengingat kenangan itu, sebelum semua termakan waktu. Mungkin postingan ini akan berlanjut, melihat bagaimana banyaknya memori yang terlalu berharga untuk dilepas tanpa dituliskan selama masa 3 tahun itu *ouch don’t become so melancholic bil..

Mari kita mulai dengan sebuah pernyataan: “Aku benci Fisika”, dan entah kenapa aku mencoba memasukkan sesuatu yang aku sebut kreativitas ke dalam cover buku catan Fisika Kelas 3 !!! Ide memancing semangat agar otak tidak meledak di saat merapalkan rumus yang sulit ku terapkan, dapat menjadi latar belakang kenapa aku mensemi-doodlingkan cover asli yang kubalik lalu aku lapisi dengan kertas lainnya –atau apapun namanya itu- sehingga buku catatan Fisikaku terlihat begitu menarik untuk dijamah dan dipelajari isinya diantara buku yang lain.


Cover Kece Penuh Memori Perjuangan 

Well.. itu hanya kiasan lebay, yang ada malah ‘cover tetaplah cover’ dan ‘don’t judge a book by its cover’. Mau luarnya terlihat cakep, tapi kalau dalamnya berisi rumus anakan E=mc2 dan persamaan sin cos tan, wah sama saja. Oh ya, cover boy disitu adalah gambaran imajiner seorang pria bernama Ken Hirai, musisi Jepang yang menurutku di awal debutnya sedikit aneh, yang disini sindrom kumis dan jenggotnyanya overdosis. Hirai, tidak memiliki hubungan special dengan Fisika sama sekali. Sama sekali.




Orang Jepang bernama Ken Hirai 

Tapi bayangan orang dengan kumis, jambang, jenggot dan rambut tebal berputar-putar di kepala.. That’s a real man bro. Kemudian ada kucing tertawa, pohon kancing, burung yang BAB ketika terbang, bahkan mini Einstein. Maskot resmi, sesuatu yang bernama Fisika. Dan itu sesuatu banget. Macam Kartini yang jadi maskot gerakan kesetaraan wanita di Indonesia. Tapi tetap saja mereka bagiku tidak sama, dan tidak sejajar *what the hell I’m saying

Betapa aku benci Fisika, walau aku berpura-pura untuk terlihat suka dan bekerja keras merangkulnya. Sampai-sampai membentuk kelompok belajar, dan meminta bantuan kakak kelas untuk mengajari. It was work, menutupi kelemahan dengan terus berusaha menyumbatnya. Hingga nilai UN sepadan dengan kemampuanku, 68 –angka bersih, hasil jujur. But let’s forget that shit.. Bersyukur, studiku sama sekali tidak memerlukan Sains. Fisika pernah menjadi sahabatku ketika sampai bahasan frekuensi dan gelombang. Dengan nilai ujian sekitar 87an. Tapi dunia serasa runtuh –halah lebay- ketika kutemukan Angry Birds mengorek luka dengan gerakan parabolanya.

Bagaimanapun fisika pernah menyentuhku, mengambil alih hatiku ketika ia mengenalkanku pada kejeniusan sel surya, sehingga aku menginginkannya menjadi property rumahku suatu saat nanti –halah, dan berbagai hal-hal elektronik, elektrik, listrik, yang tak dapat kujelaskan seberapa aku menginginkan untuk memahami mereka. Ilmu Noetic, sesuatu yang aku ketahui akhir-akhir melalui novel Dan Brown, yang aku kira juga sangat menarik, merupakan cabang fisika yang konon dapat menjembatani kesenjangan persepsi antara dunia sains dan dunia agama –padahal dalam agamaku, Islam keduanya sangat berhubungan, tapi haha aku takkan membahasnya disini.


Fisika dalam memoriku, penuh perjuangan dan pantas diperjuangkan. Aku sangat mengagumi para ahli dan ilmuwan fisika, siapapun diluar sana, aku tak tau apa yang kalian lakukan, tapi terima kasih telah membuat hidup ini indah, walau bahkan ada banyak kengerian di baliknya. Kalian benar-benar membuatku iri..

Satu hal yang sampai sekarang aku amati, setidaknya pada orang-orang yang aku kenal pintar dalam Fisika, bahwa aku belum menemukan -atau mungkin belum mencari- orang-orang Fisika yang secara bersamaan memiliki jiwa seni. Apakah karena masalah otak kanan dan otak kiri, serta keduanya yang tidak bisa berbaur, atau mereka, orang-orang fisika memiliki pandangan lain terhadap seni. Seni melihat sesuatu yang lain berdasarkan pandangan mereka. Hhmm.. aku belum tau ^^~ ! Dan aku akan sangat senang bisa berkolaborasi dengan seorang fisikawan yang pandai membuat doodle dengan rumus dan gambaran pesawatnya.




"We have to do the best we can. This is our sacred human responsibility." - Albert Einstein


follow me on Instagram